Kompetensi
menurut McAshan, yang dikutip oleh Mulyasa (2003), dalam bukunya Kurikulum
Berbasis Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang
dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat
melakukan prilaku-prilaku kognitif, afektif dan psikomotor dengan
sebaik-baiknya. Martinis Yamin (2003), menyebutnya sebagai kemampuan dasar yang
dapat dilakukan oleh siswa pada tahap pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Sedangkan
Finch dan Crunkilton, mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu
tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang
keberhasilan. Dari beberapa pengertian kompetensi di atas, menunjukkan bahwa
kompetensi mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang harus
dimiliki siswa agar dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran yang sesuai
dengan jenis pekerjaan tertentu. Atau dengan perkataan lain ada kesesuaian
antara materi yang dipelajari dan tugas-tugas yang dikerjakan siswa di sekolah
dengan kemampuan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Bila demikian, maka
pertanyaannya adalah, bagaimana cara yang efektif untuk mencapai kompetesnsi
belajar tersebut? image Ada dua hal yang harus disikapi yaitu: perubahan
terhadap strategi pembelajaran yang digunakan; dan penyediaan sarana belajar
serta sumber-sumber belajar yang mendukung pecapaian kompetensi tersebut.
Strategi pembelajaran berbasis kompetensi pada dasarnya adalah strategi
pembelajaran yang berupaya mengaitkan setiap materi yang dipelajari dan
tugas-tugas yang dikerjakan siswa di sekolah, dengan kehidupan sehari-hari atau
bidang-bidang pekerjaan tertentu; sehingga siswa dapat merasakan makna setiap
pembelajaran yang diterimanya, karena dapat dimplementasikan dalam berbagai
aspek kehidupan. Strategi pembelajaran berbasis kompetensi (competency base
strategy) menurut Gordon Dryden dan Jeannette Vos (2000), dalam bukunya The
Learning Revolution mempunyai satu ciri utama yaitu pembelajaran yang bermakna,
dimana siswa dapat merasakan manfaat dari materi pelajaran yang dipelajarinya
di sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang senada juga dikemukakan oleh
DePorter (2000), dalam bukunya Quantum Learning yang mengatakan bahwa suatu
strategi pembelajaran harus mampu memberikan manfaat bagi siswa yang belajar.
Untuk itu lebih lanjut ia mengatakan bahwa menciptakan ketertarikan terhadap
suatu topik dengan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari, serta merayakan
kebehasilan siswa adalah kunci dalam strategi pembelajaran yang bermakna, Conny
Semiawan (1977), mengatakan untuk siswa sekolah dasar jangan pompakan
fakta-fakta yang tidak saling berkait ke dalam benak mereka, tetapi seyogianya
anak belajar konsep dengan proses yang bermakna.
Sedangkan
Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl (2002), dalam bukunya “Accelerated Learning”
menyebutnya enam langkah cara belajar yang bermakna, yaitu:
(1)
memotivasi pikiran,
(2)
memperoleh informasi,
(3)
menyelidiki makna,
(4)
memicu memori,
(5)
memamerkan apa yang diketahui siswa, dan
(6)
mereflesikan bagaimana cara siswa belajar. Jadi jelas, bahwa pembelajaran harus
bermakna bagi siswa dan upaya pencapaiannya dilakukan dengan mengaktifkan siswa
dalam mengakses infomasi serta melakukan penyelidikan terhadap materi yang
dipelajarinya.
Upaya
tersebut dilakukan agar siswa dapat memahami betapa pentingnya materi yang akan
dipelajarinya bagi kehidupannya. Bila kita cermati sejenak pendapat Gordon dan
Jeannette, DePorter, Conny Semiawan, Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl, di
atas; bahwa inti dari strategi pembelajaran berbasis kompetensi (competency
based strategy) adalah, bagaimana menciptakan keterkaitan setiap aspek yang
dipelajari siswa di sekolah dengan kenyataan-kenyataan yang ada dalam kehidupan
sehari-hari; serta menciptakan kesenangan dalam belajar. Dengan demikian siswa
dapat merasakan, bahwa setiap perbuatan belajar yang dilakukannya bukan suatu
paksaan dan kesia-siaan; melainkan sesuatu yang menyenangkan dan bermanfaat
bagi kehidupannya. Dengan demikian, “betapapun kecilnya materi yang dipelajari,
selalu akan memberikan makna bagi siswa”. Dalam strategi pembelajaran berbasis
kompetensi, sebagian besar metode pembelajaran yang digunakan adalah
metode-metode pembelajaran yang melibatkan dominasi siswa dalam pelaksanaannya.
Metode-metode tersebut antara laia: metode diskusi, latihan terbimbing,
simulasi, studi kasus, Cooperative Learning, Active Learning, dan sebagainya.
Dengan kata lain pemilihan metode diarahkan kepada metode yang dapat membangun
pengetahuan siswa secara aktif.
Sedangkan
penggunaan media untuk mencapai kompetensi yang diharapkan merupakan keharusan.
Untuk jenis media yang dibutuhkan akan meliputi: alat bantu instruksional
(instructional aids) dan media instruksional (instructional media). Namun
demikian penggunaannya perlu disesuaikan dengan tujuan atau kompetensi yang
akan dicapai serta usia atau jenjang pendidikan
Daftar
Bacaan
Association
for Educational Communications and Technology, Defenition and Glossary of Term,
Vol. 1. New York: AECT, 1977.
Bloom,
Benyamis S. , Taxonomy of Education Objectives. Handbook I: Cognitive Domain.
New York: Longman, Inc., 1956.
De
Porter, Bobbi and Hernacki, Mike, Quantum Learning. Bandung: Penerbit Kaifa,
2000.
Depdiknas,
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur-Badan Litbang, 2001. Dryden,
Gordon and Vos, Jeannette, The Learning Revolution.
New
Zealand: The Learning Web., 1999.
Heinich,
Robert, Molenda, Michael and Russell, James D.,
Instructional
Media. New York: Macmillan Publishing Company, 1995..... Baca Selengkapnya di :
0 komentar:
Posting Komentar