Mau dibawa ke mana anak-anak oleh sekolah, siapa yang
paling berhak menentukan arah dan kebijakan sekolah. Ini merupakan pertanyaan-pertanyaan
mendasar dalam penyelenggaraan
sekolah, dalam sistem atau pendekatan apa pun. Semangat
demokratis dalam penyelenggaraan
sekolah akan menginspirasi bahwa public sekolah
memiliki hak yang sangat kuat dan sangat besar dalam penetapan arah kebijakan kurikulum sekolah, barangkali
sama kuatnya dengan pemerintah sendiri, karena client sekolah adalah publiknya dan pemerintah yang
juga dalam konteks lain sebagai user, bukan terbatas dalam aspek penerimaan tenaga kerja pada
instansi pemerintah saja, tapi lapangan kerja secara lebih luas di semua sector, pertanian, industri, jasa
atau lainnya, di dalam negeri maupun di luar negeri.
Semakin kompetitif SDM bangsa, maka akan semakin
meningkat dignity bangsa tersebut di hadapan bangsa-bangsa lainnya. Sebaliknya semakin merosot daya
saingnya, maka akan semakin menurun pula nation dignity-nya. Dengan demikian, public sekolah
dan pemerintah sama-sama memiliki kepentingan dalam penetapan arah dan pendidikan anak-anak di
sebuah sekolah.
Kurikulum merupakan inti dari sebuah sekolah, karena
kurikulumlah yang mereka tawarkan pada
publiknya, dengan dukungan SDM guru berkualitas, serta
sarana sumber belajar lainnya yang memadai. Diskursus tentang kurikulum masih terus berjalan,
apakah kurikulum itu hanya bermakna Cource Out Line atau GBPP, atau mencakup seluruh pengalaman yang
diberikan pada anak dalam proses pendidikannya oleh guru. Dalam konteks ini Ronald C.
Doll menjelaskan bahwa kurikulum sudah tidak lagi bermakna sebagai rangkaian bahan yang akan
dipelajari serta urutan pelajaran yang akan dipelajari siswa, tapi seluruh pengalaman yang ditawarkan pada
anak-anak peserta didik di bawah arahan dan bimbingan sekolah. Pengalaman yang diperoleh siswa
dari program-program yang ditawarkan sekolah amat variatif, tidak sebatas hanya pembelajaran di
dalam kelas, tapi juga lapangan tempat mereka bermain di sekolah , kantin, dan bahkan bis sekolah.
Semua itu memberikan kontribusi pengembangan siswa, yang mempengaruhi perubahan-perubahan pada
mereka.Sesuai pengertian di atas, maka kurikulum, sebagaimana
dikemukakan Sukmadinata memiliki beberapakarakteristik. yaitu:
1. Kurikulum
sebagai suatu substansi, yakni bahwa kurikulum adalah sebuah rencana kegiatan
belajar para siswa di sekolah, yang mencakup rumusan-rumusan
tujuan, bahan ajar, proses kegiatan
pembelajaran, jadwal dan evaluasi hasil belajar.
Kurikulum tersebut merupakan sebuah konsep yang telah disusun oleh para ahli dan disetujui oleh para
pengambil kebijakan pendidikan serta masyarakat sebagai user dari hasil pendidikan.
2. Kurikulum
sebagai sebuah sistem, yakni bahwa kurikulum merupakan rangkaian konsep tentang
berbagai kegiatan pembelajaran yang masing-masing unit
kegiatan memiliki keterkaitan secara
koheren dengan lainnya, dan bahwa kurikulum itu
sendiri memiliki keterkaitan dengan semua unsure dalam ssistem pendidikan secara keseluruhan.
3. Kurikulum
merupakan sebuah konsep yang dinamis, yakni bahwa kurikulum merupakan konsep
yang terbuka dengan berbagai gagasan perubahan serta
penyesuaian-penyesuaian dengan tuntutan
pasar atau tuntutan idealisme pengembangan peradaban
umat manusia.
Bersamaan dengan itu, Allan A. Glatthorn juga
menjelaskan tiga variable penting dalam pengelolaan dan pengembangan sekolah, dan menjadi bagian integral dari
hidden curriculum yaitu:
1. Variabel
organisasi
2. Variabel
sistem social
3. Variabel
budaya
a. Rumusan
tujuan sekolah yang jelas dan dapat dipahami oleh semua unsurnya, sebagai hasil
konsensus antara pengelola adminsitrasi dan guru.
b. Pengelola
administrasi memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap guru dan begitu juga
sebaliknya,
guru memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap tenaga
administrasi.
c. Pengelola
administrasi dan guru memiliki ekspektasi yang baik terhadap para siswa yang
diartikulasikan dengan penguatan pelayanan akademik
pada mereka.
d. Pemberian
hadiah terhadap mereka yang mencapai prestasi terbaik, dan pemberian hadiah
serta
hukuman yang dilakukan secara fair dan konsisten
kepada para siswa
Gambar 1
Tentang Model Perumusan Kurikulum Yang Relevan Untuk Dikembangkan
(Adaptasi Dari Westmeyer)
Gambar 2
Bidang-Bidang
Yang Mempengaruhi Keputusan Kurikulum (Adaptasi Wiles-Bondi).
Aliran ini dikembangkan teritama oleh Ralph Tyler
dalam bukunya Basic Principles of Curriculum and Instructions, yang mengembangkan empat pertanyaan
dalam penyusunan kurikulum, yaitu:
1. Apa tujuan
pendidikan yang hendak dicapai sekolah?
2. Bagaimana mengembangkan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan?
3. Bagaimana
mengembangkan pengalaman belajar yang efektif dalam proses pembelajaran?
4. Bagaimana
proses pembelajaran efektif itu bisa dievaluasi?
0 komentar:
Posting Komentar